1.
Pendekatan
konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran IPS
Pada
kegiatan ini akan dibahas mengenai pendekatan konsep ilmu, teknologi dan
masyarakat dalam kegiatan belajar mengajar IPS di SD sehingga setiap guru IPS
SD dapat memahami tentang hal tersebut. Remmy (1990) berpendapat bahwa tujuan
mempelajari ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah untuk menjadikan seseorang
menjadi warga negara yang baik semakin sulit dan kompleks akibat kemajuan
teknologi. Sebagai contoh suatu industri yang melibatkan banyak pekerja dengan
kondisi kesehatan yang beragam akan dapat menjadi penularan penyakit, seperti
TBC.
Remmy
(1990) mengemukakan hasil tinjauan reformasi pendidikan di Amerika Serikat
akhir-akhir ini perhatiannya banyak dicurahkan terhadap konsep teknologi dan
masyarakat (ITM). Konsep ITM memberikan konstribusi secara langsung, terhadap
misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara sebagai berikut:
A.
MEMAHAMI ILMU PENGETAHUAN DI MASYRAKAT
Dalam kehidupan
demokrasi masyrakat modern memerlukan warga negara yang kaya penetahuan dan
memahami persoalan-persoalan kemasyarakatan yang begitu kompleks yang merupakan
dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi. Adapun dari kemajuan teknologi
tersebut memberikan dampak negatif dan positif. Menurut Muroyama dan Stever
(1998) sisi positif dari perubahan teknologi khususnya dalam sistem produksi
meningkatkan produktivitas dan memperluas proses produksi yang mengantarkan
pada produk yang semakin baik.
Setiap kegiatan
pembangunan ataupun pegembangan teknologi sebaikanya masyarakat dapat
dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penggunaan
ilmu penetahuan dan teknologi (IPTEK). Merka harus memahami dampak yang
ditimbulkan oleh ilmu dan teknologi serta bagaimana memahami masalah-masalah
sosial yang kompleks yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu,
kurikulum pembelajaran IPS dapat menjadi wahana bagi siswa untuk belajar
mengkaji dan menjelaskan tentang isu-isu kemasyarakatan dan akibat-akibat dari
kemajuan ilmu dan teknologi.
B. PENGAMBILAN
KEPUTUSAN WARGA NEGARA
Setiap
muncul permasalahan di masyarakat sebaikanya dilibatkam dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan konsep ilmu dan teknologi dan masyarakat.
Keterlibatan ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sebagai
warga negara yang masing individu mempunyai hak masing-masing.
Kedudukan konsep
ilmu, teknologi dan masyarakat menjadi suatu yang ideal sebagai bahan yang
dapat membantu para peserta didik untuk memahami dan dapat menjelaskan
konsep-konsep dasar. Sehubungan dengan itu Remmy (1990) berpendapat bahwa
penggunaan langkah-langkah pengambilan keputusan yang sistematis dalam
mempelajari isu-isu ilmu, teknologi dan masyarakat dalam pembelajaran IPS dapat
membantu mengembangkan intelektual siswa, kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan berfikir dalam mengambil keputusan secara fleksibel
dan terorganisasi.
Kurikulum IPS
merupakan sarana dimana siswa dapat belajar tentang masyarakat, serta akibat-akibat yang ditimbulkan dari
ilmu dan teknologi.
C. MEMBUAT
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN
Salah satu ciri
paling penting dari warga negara yang mempunyai perhatian terhadap lingkungan
masyarakat yang serba kompleks, adalah kemampuan membuat kaitan antara hal yang
nampaknya sederhana dengan cara mengungkapkan ciri-ciri tertentu sehingga
menjadi bermakna.
Apabila guru-guru
IPS membelajarkan siswanya menggunakan langkah-langkah yang sistematis dengan
cara pemahaman isu-isu ilmu, teknologi dan masyaraka, hal ini dapat membantu
siswa bagaimana menjelaskan keterkaitan antara bermacam-macam disiplin ilmu
dengan IPS. Dengan demikian kemampuan memecahkan masalah tentang isu-isu ilmu,
teknologi, dan masyarakat dapat teratasi dengan baik.
Secara
diagram kaitan antara ilmu, teknologi, dan masyarakat dapat digambarkan sebagai
berikut:
Dari
diagram diagram di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu, teknologi, dan masyarakat
merupakan satu rangkaian atau sistem yang mempunyai kaitan yang erat satu
dengan yang lain, dan kedudukan IPS di sini adalah dapat menjelaskan ilmu
teknologi dan masyarakat sesuai dengan informasi yang ada pada ketiga unsur
tersebut baik dampak negatif maupun positifnya. Sehingga pemahaman konsep ilmu,
teknologi, dan masyarakat dapat dijembatani melalui proses pembelajaran IPS
secara terpadu.
D. MENINGKATKAN
GENERASI PADA SEJARAH BANGSA-BANGSA BERADAB
Bung Karno
pernah mengatakan bahwa “hanya bangsa yang besar yang menghormati jasa-jasa
para pahlawan”. Pada awalnya ide pemikiran tentang konsep ilmu pengetahuan,
tekonologi dan masyarakat dimasukkan dalam pembelajaran IPS terlebih dahulu
berkembang di negara-negara Eropa yang kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat.
Noris Harms melalui suatu studinya Project
Synthesis mengembangkan IPS untuk persekolahan dengan tujuan sebagai
berikut:
1. IPS
untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu. Pendidikan IPS hendaknya
mempersiapakan individu-individu menggunakan ilmu pemgetahuannya untuk
meningkatkan kehidupan mereka dan menjawab dunia teknologi yang semakin maju.
2. IPS
untuk memecahkan berbagai persoalan –persoalan kemasyarakatan masa kini.
Pendidikan IPS hendaknya menghasilkan warga negara yang serba tahu yang siap
menghadapi persoalan-persoalan kemasyarakatan yang berkaitan dengan masalah IPS
secara bertanggung jawab.
3. IPS
untk membantu dalam memilih karier. Pendidikan IPS hendaknya menyadarkan semua
siswa akan hakikat dan ruang lingkup keragaman karir yang berkaitan dengan ilmu
dan teknologi yang terbuka bagi semua siswa mempunyai bakat yang berbeda.
4. IPS
untuk mempersiapkan studi lanjutan. Pendidikan IPS hendaknya membuka kesempatan
kepada siswa yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan yang secara akademilk
maupun profesional akan mendapatkan pengetahuan akademik yang tepat untuk
memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan
fungsi mata pelajaran IPS antara lain:
1. Memberi
bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
2. Mengembangkan
keterampilan dalam mengembangkan konsep-konsep IPS,
3. Menanamkan
sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk
memecahakan masalah yang dihadapi,
4. Menyadarkan
siswa akan kekuatan alam dan segala keindahannya sehingga siswa terdorong untuk
mencintai dan mengagungkan Penciptanya,
5. Memupuk
daya kreatif dan inovatif siswa,
6. Membantu
siswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEK,
7. Memupuk
diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.
Untuk mencapai tujuan dalam memenuhi fungsi
pendidikan IPS itu, pendekatan yang digunakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar IPS antara lain melalui pendekatan lingkungan, pendekatan keterampilan
proses, pendekatan penemuan, dan pendekatan terpadu.
Pendidikan IPS di Indonesia ialah adanya nilai-nilai
agama yang dimasukkan dalam kurikulum sehingga dengan pendidikan IPS ini
diharapkan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan iman dan taqwanya pada
Tuhan yang Maha Esa.
ITM
sebagai suatu pendekatan pembelajaran IPS tidaklah memandang dan mengkaji untuk
ilmu. ITM tidak hanya mempelajari ilmu dengan cara penyajian yang sulit
dipahami oleh khalayak umum maupun ilmuan. Seorang guru adalah dapat
mentransferkan/memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai kepada siswa
sehingga apa yang ditransfer memiliki makna bagi diri sendiri dan masyarakat.
Melalui proses pembelajaran ITM akan mengantarkan
siswa untuk melihat ilmu sebagai dunianya, siswa akan mengenal dan punya
pengalaman sebagaimana pernah dialami oleh para ilmuwan. ITM dengan
teknologinya berusaha menghubungkan atau menjembatani antara ilmu dan
masyarakat.
Apabila ITM ingin menjadi “ujung tombak” dalam
pendidikan IPS, maka ITM harus sejalan serta mendukung tujuan pendidikan.
Selain itu selebihnya haruslah dijadikan sebagai suatu manfaat baik untuk
kepentingan pribadi, masyarakat, maupun karir di sekolah. Topik pembelajaran
ITM selalu memfokuskan pada isu-isu nyata yang aktual di masyarakat. Dalam
proses pembelajaran, ITM berupaya memanfaatkan waktu untuk memodifikasi
berbagai informasi dan keterampilan bagi siswa. Strategi pembelajaran ITM
dimulai dari suatu situasi yang bermasalah atau mengandung pertanyaan dan isu.
Kedudukan guru dalam proses pembelajaran adalah membantu siswa dalam mengkaji
kekuatan n manfaat konsep dasar dan proses.
ITM berusaha memperhatikan siswa, lingkungannya, dan
kerangka pikirannya. Strategi pembelajarannya dimulai dari penerapan pada dunia
nyata menuju dunia teknologi dan kemudian dunia siswa.
Berikut ini adalah konsep, proses, sikap,
kreativitas dan penerapan ITM dan tradisional menurut perbandingan yang
dikemukakan oleh Yager (1990):
Perbandingan konsep ITM dan tradisional dalam IPS:
Tradisional
|
ITM
|
1.
Konsep adalah informasi yang
digunakan oleh guru untuk bahan tes.
2.
Konsep dianggap sebagai hasil
3.
Belajar pada hakikatnya untuk
ujian.
4.
Daya tahannya hanya berlaku waktu
singkat.
|
1.
Siswa menganggap konsep sebagi
suatu yang berguna bagi pribadinya.
2.
Konsep dianggap sebagi komoditas
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
3.
Belajar terjadi karena aktivitas,
proses, tetapi tidak merupakan fokus.
4.
Siswa yang belajar melalui
pengalaman sering mengaitkan dengan situasi baru.
|
Perbandingan Proses ITM dan tradisional dalam IPS:
Tradisional
|
ITM
|
1.
Siswa menganggap proses ilmiah
sebagai keterampilan.
2.
Siswa menganggap proses sebagai
sesuatu yang diterapkan.
3.
Pembahasan guru tentang proses untuk
kurang dipahami oleh siswa.
4.
Siswa memendang proses ilmu
sebagai keterampilan abstrak.
|
1.
Siswa menganggap proses ilmiah.
2.
Siswa memandang proses sebagai
keterampilan.
3.
Siswa mudah memahami kaitan ilmu
dengan perilaku sehari-hari.
4.
Siswa memandang proses ilmiah
sebagi bagian penting.
|
Perbandingan sikap siswa ITM dan tradisional dalam
IPS:
Tradisional
|
ITM
|
1.
Perhatian siswa menurun pada
kelas tertentu.
2.
IPS menunjukkan tingkat rasa
ingin tahu yang menurun.
|
1.
Perhatian siswa meningkat pada
setiap kelas tertentu.
2.
Rasa ingin tahu siswa lebih
tinggi.
|
3.
Siswa memandang IPS informasi
yang harus dipelajari.
4.
Siswa memandang IPS informasi
yang harus dipelajari.
|
3.
Siswa memandang guru sebagi
fasilitator.
4.
Siswa memandang IPS sebagai suatu
sebagi cara untuk mengatasi masalah.
|
Perbandingan antara Kreativitas siswa ITM dan
tradisional dalam IPS:
Tradisional
|
ITM
|
1.
Kemampuan siswa bertabya rendah.
2.
Jarang ditemukan pertanyaan yang
bersifat inovatif.
3.
Kemampuan memahami suatu
permasalahan kurang efektif.
|
1.
Siswa aktif dalam mengembangkan
bahab ajar.
2.
Pertanyaan siswa sangat
berfariasi.
3.
Kemampuan siswa dalam memberikan
pendapat tepat
|
4.
Keterbatasan gagasan
|
4.
Siswa merasa puas dan dihargai
atas gagasan yang disampaikan.
|
Perbandingan
antara Penerapan ITM dan tradisonal dalam IPS:
Tradisional
|
ITM
|
1.
Siswa tidak memanfaatkan hasil
belajar ilmu bagi kehidupannya.
2.
Siswa tidak memanfaatkan hasil
belajarnya untuk memecahkan masalah.
3.
Siswa dapat menceritakan
informasi yang dipelajarinya.
4.
Siswa tidak dapat menghubungkan
ilmu yang mereka pelajari dengan teknologi saat ini.
|
1.
Siswa dapat memanfaatkan hasil
belajar ilmu bagi kehidupannya.
2.
Siswa terlibat dalam memecahkan
isu-isu sosial dan tahu hubungannya sebagai warga negara.
3.
Siswa mencari informasi yang
sesuai dalam memecahkan masalah.
4.
Siswa tertarik dengan
perkembangan teknologi serta mampu untuk memanfaatkannya yang sesuai dengan
konsep ilmu.
|
Perbandingan antara ITM dan Tradisional dalam
konsep, proses, sikap, kemampuan yang kreatif dan aplikasi ini merupakan
kerangka panduan dan landasan yang dapat digunakan oleh siswa dalam proses
belajar mengajar, terutama untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan
dan strategi konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam pengajaran IPS SD
Pengajaran IPS di Indonesia diarahkan pada upaya
mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi,
ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah. Sedangkan tujuannya
adalah agar siswa mampu engembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
berguna bagi dirinya dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Mempehatikan tiga model tujuan pengajaran IPS dan
ruang lingkup kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan
dalam pengajaran IPS adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam
proses belajar mengajar di kelas IPS, para siswa sebaiknya diajak, dibina, dan
didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, di pandang
dari berbagai disiplin ilmu.
Philiph Heath sebagaimana dipaparkan kembali oleh
Richard C. Remy (1990) mengemukakan tiga alternatif pendekatan atau srtategi
untuk mengembangkan ITM dalam pengajaran IPS, yakni: (1) infusi ITM ke dalam
mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata
pelajaran, dan atau (3) penciptaan/ pembuatan mata pelajaran yang baru.
A. INFUSI
ITM KE DALAM MATA PELAJARAN YANG ADA
Beberapa
mata pelajaran yang mendasari pengajaran IPS seperti geografi, Sosiologi,
Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah memberikan peluang, sebagai wadah untuk
pembelajaran konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat (ITM). Dalam sejar dunia,
misalnya revolusi industri termasuk revolusi di bidang ilmu dan teknologi di
Eropa merupakan kesempatan yang baik untuk memasukkan konsep ITM.
Keuntungan
dari pendekatan infusi ini ialah bahwa pembelajaran ITM dapat meningkatkan
integritas dan koherensi kurikulum yang ada sehingga model pembelajaran ini
dapat diterima sebagai bagian dari misi sekolah. Sedangkan kelemahannya sulit
memilih materi apa saja yang harus dibuang dari mata pelajaran tersebut. Lebih
jauh, strategi infusi ini tidak memberikan kesempatan secara mendalam bagi
topik-topik ITM.
B. PERLUASAN
MATA PELAJARAN YANG ADA
Pada
atau pada materi IPS tradisonal. Misalnya, kasus kebijakan pemerintah pusat
tentang kegiatan kelompok kepentingan yang bertujuan mengubah
perundang-undangan tentang praktik pengelolaan hutan. Untuk memudahkan dalam
pemahaman materi ITM sebaiknya para siswa dapat bermain peran sebagai pejabat
pemerintah dan pemimpin kelompok kepentingan. Kemudian diminta agar membuat
keputusan tentang hal-hal yang bertolak belakang diantara dua pilihan apakah
membuka lapangan pekerjaan atau menutup pabrik karena mencemri lingkungan.
Keuntungan
dari pendekatan ini adalah peluang untuk mengkaji topik ITM secara mendalam
dengan mencari kesempatan bagaimana dan kapan menampilkan materi
ITM.kelemahannya adalah keterbatasan serta pembahasan yang diangat atau yang
dibicarakan dari topik-topik ITM yang sederhana.
C. PEMBUATAN
MATA PELAJARAN YANG BARU
Mengacu
pada pengalaman sejumlah sekolah di Amerika Serikat telah memisahkan materi ITM
dalam mata pelajaran tersendiri. Demikian pula di Australia, ilmu dan teknologi
merupakan mata pelajaran tersendiri yang di berikan sejak SD sampai SLTA.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah adanya ke sempatan untuk mengembangkan
kajian secara terkait antara ilmu, teknologi, dan masyarakat secara mendalam
dan berkelanjutan. Sehubungan dengan itu Heath (1998) berpendapat bahwa
pembelajaran dapat memberikan vesibilitas dan legitimasi yang tinggi terhadap
topik kajian baru. Namun kelemahannya adalah kurang tersusun secara sistematis
sebagaimana mata pelajaran tradisonal. Dan kelemahan lebih lanjut adalah sangat
kompleksnya dalam pengorganisasian karena materinya diambil dari berbagai
disiplin ilmu yang beragam.
Karakteristik
dari program integrasi ITM dalam IPS yang berhasil menurut Heath(1990),
sedikitnya ada empat ciri yaitu:
1. Hasilnya
dinyatakan secara jelas
Program
ITM yang berhasil dimulai dengan mengembangkan rasional dengan merumuskan
tujuan ITM secara jelas, mempunyai manfaat bagi siswa serta berhubungan dengan
disiplin ilmu lainnya. Beberapa tujuan yang relevan dalam pembelajaran ITM
meliputi: (1) melek ilmu dan teknologi dalam arti memahami dan mengapresiasi
bagaimana ilmu dan teknologi itu terbentuk dan dibentuk oleh masyarakat,
bagaimana masalah tersebut timbul , (2) membuat keputusan yang rasional yang
dapat digunakan dalam penelitian dan pemecahan masalah krusial masa kini dan
masa yang akan datang, (3) kemampuan melakukan pemahaman terhadap informasi
dari sejumlah disiplin dan menerapkan informasi sesuai dengan kondisi
masyarakat, (4) memahami bahwa kemajuan dalam ilmu dan teknologi merupakan
bagian integral dari warisan masyarakat terdahulu, (5) sadar akan semakin
banyaknya pilihan untuk berkarir di bidang teknologi dan ilmu.
2. Mengembangkan
organisasi yang efektif
Menurut
bybee (1987) langkah pengembangan organisasi yang efektif meliputi difinisi
atau pengembangan dari cakupan bidang studi, oleh karena itu memungkinkan para
pengguna dari pedoman organisasi ini mengenal isi kurikulum yang sesuai dengan
lapangan studi dan untuk membedakannya dari mata pelajaran yang tidak memuat konsep-konsep
ITM.
Dari
berbagai hasil penelitian, salah satu tujuan bagi para guru dalam melaksanakan
pembelajaran ilmu dan teknologi sebaiknya menempatkan aktivitas nyata anak
dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dapat
dikembangkan. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk bersentuhan
langsung dengan objek yang dipelajari. Selain itu oerlu juga dilakukan
pembimbingan untuk melakukan penelusuran masalah, mencari berbagai penjelasan
mengenal fenomena yang mereka lihat, mengembangkan kemampuan fisiknya (motorik)
serta melatih menggunakan penalaran.
Pelajaran-pelajaran
seperti Geografi, Kewarganegaraan, dan Sejarah. Pada tahap awal, guru memilih
topik pembelajaran yang ada serta menfokuskan pada isu-isu penting dan
mendorong siswa agar terlihat dalam diskusi, pengambilan keputusan tentang
isu-isu aktual juga menggunakan materi ilmu dan teknologi. Perlu jugs disadari
sebaiknya guru juga tidak terlalu cepat mengaitkan apa yang dipikirkan anak
adalah suatu yang terlalu sederhana, tetapi yang diungkapakan anak merupakan
cermin anak memilih gagasan sebagai hasil berpikir dengan menggunakan penalaran
dan pengetahuan yang dmiliki. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit
ITM adalah isu atau masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Secara
umum, pembelajaran dikembangkan menurut tahap-tahap proses pengambilan
keputusan. Misalnya, pilihlah salah satu pokok bahasan dalam ekonomi atau
geografi maka model pembelajaran dapat dimulai dengan mengemukakan dampak
ekonomi atau geografi akibat adanya peristiwa kecelakaan kapal pengangkut
minyak mentah di lautan yang menyebabkan pencemaran.
Adapun
pengorganisasian pembelajaran melalui strategi ini meliputi: (a) dapat
menjelaskan isu-isu dan identifikasi kejadian untuk pengambilan keputusan, (b) pengumpulan
data lapangan dan data yang berkaitan dengan nilai, (c) pertimbangan alternatif
tindakan dan akibat-akibatnya, (d) identifikasi tindakan, (e) rencana tindakan.
Contoh
dari model pembelajaran infusi ITM adalah dalam pelajaran sejarah Indonesia Pengetahuan
sejarah merupakan kronologi/ kejadian ilmu pengetahuan dan teknologi tentang
dampak ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap perkembangan dan perubahan
masyarakat yang telah berlangsung
Proses
infusi tentang keterampilan dan konsep dari ilmu dan teknologi serta
kemasyarakatan masih berlangsung. Ketetapan ketiga adalah keterlibatan
guru-guru mata pelajaran lain. Sebenarnya, dukungan guru lain baik dari guru
bidang studi yang sama maupun yang berlainan dapat membantu memperluas dan
menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipelajari. Misalnya, guru
Bahasa Indonesia dapat membantu siswa tentang susunan kalimat dalam ITM.
3. Sistem
Dukungan
Aspek
yang menguntungkan dari kurikulum dan pengajaran ITM adalah diberikannya
kesempatan bagi siswa untuk mempelajari mata pelajaran dari berbagai disiplin
ilmu yang ditetapkan oleh kurikulum. Namun karena titik tolaknya dari mdel
pembelajaran tradisional maka model infusi ITM ke dalam kurikulum memerlukan
sistem dukungan baik dari guru maupun pihak tata usaha di sekolah tersebut. Sistem
dukungan ini lebih jauh diperkuat oleh keterlibatan antara pihak swasta dan pemerintah serta partisipasi guru
dan sekolah pada tingkat propinsi maupun nasional.
Selanjutnya,
tahap yang sangat menentukan dari sistem dukungan ini adalah terlibatnya
orang-orang kunci di sekolah dan sistem sekolah dalampengembangan dan
pengajaran model ITM.
Sistem
dukungan merupakan sarana penting bagi kurikulum dan pengajaran ITM dan IPS.
Sistem ini bukan hanya dapat membantu dan memecahkan masalah dan konfliks,
namun lebih jauh dapat pula melayani para siswa dalam proses beljar mengajar.
Misalnya, pelayanan dalam mengenal sumber belajar, pelatihan, mengenai berbagai
jenis lapangan kerja yang sekaligus sebagai sumber materi pelajaran dan sebagainya.
4. Strategi
Intruksional
Satu
unsur yang paling penting untuk
mengintegrasikan IPA ke dalam IPS merupakan strategi pembelajaran yang di
harapkan dapat meningkatakan kemampuan berpikir siswa dan belajar antar
disiplin ilmu serta isu-isu sosial yang berkaitan dengan masalah IPS. JA Winter
di dalam pengajaran IPS ada kriterianya, yaitu harus menarik sehingga siswa
bisa menikmatinya, menekankan pada pengajaran proses daripada materi, mendorong
siswa untuk mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan IPS yang tersedia di
perpustakaan serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa.
Suaatu
ciri kegiatan belajar kelompok, simulasi, bermain peran, sosiodrama, merupakan
teknik-teknik pembelajaran yang sering kali dianjurkan dalam pengajaran IPS
khususnya untuk ITM. Penggunaan metode/teknik ini merupakan sarana latihan bagi
para siswa. Prioritas dalam pemilihan metode atau teknik untuk kegiatan
pembelajaran ini hendaknya di berikan pada aktivitas yang mengembangkan
pemahaman siswa terhadap dampak ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) sejak dulu
hingga sekarang.
Kesimpulan:
Pendekatan
yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM adalah
interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di
kelas IPS, para siswa sebaiknya di ajak, dibina dan didorong agar dalam
mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dariberbagai disiplin
ilmu. Ada dalam pengajaran IPS, yakni:
1. Infusi
ITM ke dalam mata pelajaran yang ada
2. Perluasan
melalui topik kajian dalam mata pelajaran
3. Penciptaan/
pembuatan mata pelajaran yang baru
DAFTAR
PUSTAKA
Udin S. Winataputra,
dkk. Materi dan Pengajaran IPS SD.
Universitas Terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar