Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Recent Posts

Download

Powered By Blogger
Configure your calendar archive widget - Edit archive widget - Flat List - Newest first - Choose any Month/Year Format

Sabtu, 14 April 2012

iseng-iseng


inilah hasil gambar ku menggunakan crayon,,,, meskipun tak seindah gambar pelukis



 

yupppp.......... ayo  tebak ini gambar apa

Jumat, 13 April 2012

makalah psikologi perkembangan


PSIKOLOGI PERKEMBANGAN:
PERKEMBANGAN MASA REMAJA AKHIR

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Putri Agustina, S.Psi.




 






Disusun Oleh:
1.      Ahmad Fathkul H.      A510100205
2.      Rizka Diana K.           A510100212
3.      Elena Ayu M.              A5101002
4.      Erik Firera N.              A5101002




PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA AKHIR


A.           PENGERTIAN MASA REMAJA AKHIR
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, remaja berarti “mulai dewasa” atau “sudah sampai umur untuk kawin (menikah)”. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut Adolescence yang berasal dari kata Latin Adolescere, yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
John W. Santrock mendefenisikan remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
World Health Organization (WHO) memberikan definisi yang lebih bersifat konseptual yang mencakup tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa ketika: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual; 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa; 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. Penulis menemukan perbedaan pendapat para ahli psikologi tentang kisaran umur masa remaja. Ada yang menyebutkan usia remaja awal berkisar 10 sampai 13 tahun dan masa remaja akhir sekitar 18 sampai 22 tahun. Pendapat lain menyatakan usia remaja awal berkisar 13 sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja berkisar 16 sampai 18 tahun. Kisaran usia tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedayaan budaya yang berbeda di setiap negara. Di Amerika saja masa puber seorang anak lebih cepat daripada generasi sebelumnya. Alasannya karena kesehatan dan gizi yang lebih baik, dan faktor lainnya.
Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
1.    Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2.    Mulai menyadari akan realitas
3.    Sikapnya mulai jelas tentang hidup
4.    Mulai nampak bakat dan minatnya

B.            CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu:
·      Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggungjawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
·      Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
·      Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
·      Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
·      Masa remaja sebagai usia bermasalah.
·      Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
·      Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
·      Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
·      Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
·      Emosinya tidak stabil
·      Perkembangan Seksual sangat menonjol
·      Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
·      Terikat erat dengan kelompoknya
Ada beberapa ciri pada masa remaja yang dikemukakan oleh Elizabeth, di antaranya:
·      Masa Remaja Merupakan Periode yang Penting
Walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingan antara satu dan lainnya berbeda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
·      Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu :
a.    Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
b.    Perubahan pada tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru.
c.    Dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa anak-anak dianggap penting sudah tidak penting lagi ketika masa memasuki usia dewasa.
d.   Sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.

C.           TUGAS DAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA AKHIR
Perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari konsepsi dan berlangsung terus sepanjang rentang hidup manusia. Pada saat masa puber berakhir, pertumbuhan fisik masih belum sempurna. Adapun perubahan tubuh pada masa remaja akhir mencakup perubahan eksternal yang terdiri dari perubahan tinggi, berat, proporsi tubuh, organ seks, dan munculnya ciri- ciri seks sekunder. Perubahan internal mencakup sistem pencernaan, peredaran darah, pernapasan, endokrin, dan jaringan tubuh.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
Erikson mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Beberapa isu perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi, keluarga.
Keadaaan emosi dalam masa remaja bisa dikatakan tidak stabil dan secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”. Ketidakstabilan ini merupakan konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik dalam periode ini. Bila kisah cinta berjalan lancar remaja menjadi bahagia, sebaliknya, mereka merasa sedih ketika percintaan itu tidak lancar. Sebenarnya periode “badai dan tekanan” ini sudah dimulai sejak masa puber, hanya saja remaja akhir lebih mudah untuk mengendalikannya dibandingkan remaja puber, karena periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu:
1.    Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai­nilai.
2.    Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan emosional.
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Ada empat aspek perkembangan yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan emosi, (3) perkembangan kepribadian dan sosial, dan (4) perkembangan kognitif.
1)   Perkembangan fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada  tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempuma meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia (Myles dkk, 1993). Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Menurut PKBI (1984) secara fisik, usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20-30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Sampoerno dan Azwar (1987) menambahkan bahwa perawatan pra-natal pada calon ibu muda usia biasanya kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat  pelayanan kesehatan.
Perkembangan fisik pada masa remaja akhir dapat dibagi menjadi perubahan eksternal dan internal. Adapun perubahan-perubahan tersebut dipaparkan dalam bentuk kolom seperti di bawah ini.
Eksternal
Internal
Tinggi
Tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang pada usia tujuh belas dan delapan belas tahun dan anak laki-laki kira-kira setahun sesudahnya. 
Berat
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak.
Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun
mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang.
Organ Seks
Baik organ seks pria maupun wanita
mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
Sistem Pencernaan
Perut manjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan besar, otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja; pada usia tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali lebih berat dari waktu lahirnya. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai kematangan bilamana jantung sudah matang.
Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan
hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian.
Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada masa awal puber.
Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas. Jaringan, selain tulang, terus berkembangan sampai tulang mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan otot.
Perubahan fisik pada masa ini sudah mulai berkurang dari semenjak dari masa puber. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami pada beberapa bagian tubuh tertentu. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (kateksis-tubuh) menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja. Penampilan fisik seorang beserta identitas seksualnya merupakan ciri pribadi yang jelas dan paling mudah dikenali orang lain dalam interaksi sosial. Meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi belum cukup untuk menjamin adanya kateksis tubuh.
Beberapa keprihatinan akan tubuh yang dihadapi remaja merupakan lanjutan dari berbagai keprihatinan diri yang dihadapi remaja pada masa remaja dan awal-awal tahun remaja didasarkan kepada kondisi yang masih berlaku. Misalnya, keprihatinan akan kenormalan akan terus berlangsung sampai perubahan fisik pada permukaan tubuh berakhir dan sampai remaja tersebut yakin bahwa tubuh mereka sesuai dengan norma kelompok seks mereka. Keprihatinan seperti ini timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Para remaja lebih menyadari daripada anak-anak bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik.
2)   Perkembangan Emosi
Pola emosi pada masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa anak- anak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi, dan khususnya pengendalian individu terhadap ungkapan emosi mereka. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan dia marah.
Anak lelaki dan perempuan dikatakan sudah mencapai kematangan emosapabila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosiyang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Dengan demikian, remaja mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi.
3)   Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu herhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson, dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-­kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Karena lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh  teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraa, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya sebagian besar remaja mengetahui apabila memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok tersebut menjadi lebih besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
Kelompok sebaya merupakan dunia dimana kawula muda dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok itu ia dapat merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya dan melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, namun oleh teman-teman seusianya.
Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang paling menonjol adalah di bidang hubungan heteroseksual. Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada teman sejenis, namun tidak menutupi kemungkinan masih baiknya persahabatan dengan beberapa teman sejenis.
Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja berada dan oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Remaja, sebagai kelompok, cenderung lebih “pilih-memilih” dalam memilih rekan dan teman dibandingkan ketika masih kanak-kanak.
Oleh karena itu, remaja yang latar belakang sosialnya, agama, atau sosial ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan dengan remaja yang latar belakangnya sama. Ada beberapa bentuk pengelompokan sosial remaja, di antaranya:
a.    Teman dekat, remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang memiliki minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain walaupun terkadang terjadi pertengkaran.
b.    Kelompok kecil, biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
c.    Kelompok besar, terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta dan berkencan.
d.   Kelompok yang terorganisasi, kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok besar.
e.    Kelompok geng, remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial.
Remaja menginginkan teman yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru.

4)   Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Pada masa ini perkembangan kognitif adalah Operasional Formal yang terbagi menjadi dua, yaitu cara berpikir operasional formal tahap awal yang merupakan peningkatan  kemampuan remaja untuk berpikir menggunakan hipotesis membuat mereka mampu berpikir bebas dengan kemungkinan tidak terbatas. Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternative jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Tahap kedua adalah mengembalikan keseimbangan intelektual. Remaja tahap ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara berpikir operasional formal.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

D.           BAHAYA PADA MASA REMAJA AKHIR
Bahaya fisik pada remaja meliputi kematian yang disebabkan bunuh diri, selain itu adanya cacat fisik, kecanggungan dan kekakuan, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan seksnya. Perilaku bunuh diri yang dilakukan remaja dapat terjadi bilamana remaja tersebut mengalami alienasi sosial selama beberapa waktu lamanya dan banyak mengalami kekacauan keluarga, hamil di luar nikah, kehilangan pacar, atau masalah-masalah sekolah sehingga mengalami depresi, putus asa, dan rendah diri. Adapun kemungkinan laki-laki untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah tiga kali lebih besar dari perempuan, sedangkan perempuan biasanya lebih cenderung melakukan percobaan bunuh diri.
Adapun bahaya cacat fisik masih dapat diperbaiki, seperti gigi yang bengkok, penglihatan yang kurang baik atau kurangnya pendengaran. Namun hal ini dapat juga berpengaruh pada psikologis remaja. Remaja yang harus menggunakan alat bantu pendengaran misalnya, akan terhambat untuk melakukan apa yang dapat dilakukan oleh teman sebaya, ini akan menimbulkan perasaan rendah diri dan berujung pada depresi. Bahaya psikologis pada masa remaja yang pokok berkisar pada kegagalan dalam menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa remaja yang penting. Dalam banyak kasus, kegegalan remaja menjalankan peralihan ini bukan karena ingin tetap tidak matang tetapi ia menghadapi hambatan-hambatan dalam pencapaian tersebut.
Adapun hambatan-hambatan itu berupa dasar yang buruk pada diri remaja, terlambat dalam kematangan, terlampau lama diperlakukan seperti anak-anak, perubahan  peran, ketergantungan yang terlampau lama.

E.            ADOLESCENCE DALAM SURAT YUSUF
Berikut beberapa sikap Nabi Yusuf ketika ia telah beranjak dari kanak-kanak menjadi remaja akhir. Firman Allah:
$¬Hs>sù ôMyèÏJy £`Ïd̍õ3yJÎ/ ôMn=yör& £`ÍköŽs9Î) ôNytGôãr&ur £`çlm; $\«s3­GãB ôMs?#uäur ¨@ä. ;oyÏnºur £`åk÷]ÏiB $YZŠÅj3Å ÏMs9$s%ur ólã÷z$# £`ÍköŽn=tã ( $¬Hs>sù ÿ¼çmuZ÷ƒr&u ¼çmtR÷Žy9ø.r& z`÷è©Üs%ur £`åkuÏ÷ƒr& z`ù=è%ur |·»ym ¬! $tB #x»yd #·Ž|³o0 ÷bÎ) !#x»yd žwÎ) Ô7n=tB ÒOƒÌx. ÇÌÊÈ  

Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian Dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah Malaikat yang mulia." (Q.S. Yusuf: 31)
tA$s% Éb>u ß`ôfÅb¡9$# =ymr& ¥n<Î) $£JÏB ûÓÍ_tRqããôtƒ Ïmøs9Î) ( žwÎ)ur ô$ÎŽóÇs? ÓÍh_tã £`èdyøx. Ü=ô¹r& £`ÍköŽs9Î) `ä.r&ur z`ÏiB tûüÎ=Îg»pgø:$# ÇÌÌÈ  
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh." (Q.S. Yusuf: 33)
Dari ayat ke 31 kita dapat menginterprestasikan secara psikologis bahwa pada saat Nabi Yusuf beranjak menjadi pemuda ia mencapai kematangan fisik yang sempurna. Tidak heran jikalau Zulaikha tergila-gila padanya, begitu juga wanita lainnya. Dengan perkembangan fisik yang sangat baik, Yusuf sangat dikagumi ketampanannya. Hingga Zulaikha sangat “berhasrat” kepadanya.
Yusuf pada saat itu berada di rumah terjebak dalam perangkap Zulaikha. Namun dengan pertolongan Allah ia diselamatkan dari perbuatan zina itu. Namun, oleh Raja, ia dipenjara beberapa lamanya. Sesuai dengan pola emosi remaja yang tidak “meledak-ledak”, Nabi Yusuf menunjukkan sikap yang sangat tepat terhadap apa yang terjadi ketika Raja hendak memenjarakannya. Bukannya dengan mengamuk atau perilaku anarkis lainnya, Nabi Yusuf malah berdo’a sebagaimana pada ayat 33 di atas. Hal ini menunjukkan betapa Nabi Yusuf dapat mengendalikan emosinya pada saat itu dan tidak mencoba untuk memberontak kepada penguasa.
"Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku”. Perkataan Nabi Yusuf ini menunjukkan bahwa ia mencapai kematangan emosi dengan menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.

F.            KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya masa remaja merupakan salah satu periode terpenting dalam rentang kehidupan. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang waktunya relatif singkat. Pada masa inilah seseorang mulai menentukan tujuan dan arah hidupnya yang nantinya akan memberikan pengaruh yang besar pada masa dewasanya.
Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
1.      Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2.    Mulai menyadari akan realitas
3.    Sikapnya mulai jelas tentang hidup
4.    Mulai nampak bakat dan minatnya
Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis. Pola emosi pada masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa anak- anak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi, dan khususnya pengendalian individu terhadap ungkapan emosi mereka. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya. Pada masa ini perkembangan kognitif adalah Operasional Formal yang terbagi menjadi dua, yaitu cara berpikir operasional formal tahap awal yang merupakan peningkatan  kemampuan remaja untuk berpikir menggunakan hipotesis membuat mereka mampu berpikir bebas dengan kemungkinan tidak terbatas. Tahap kedua adalah mengembalikan keseimbangan intelektual. Remaja tahap ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara berpikir operasional formal.
Setelah mendalami masalah remaja, kita sebagai calon pendidik mestinya dapat mengambil pelajaran dari hal ini untuk mempersiapkan metode-metode pengajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan pola perkembangan anak didik pada fase remaja.