inilah hasil gambar ku menggunakan crayon,,,, meskipun tak seindah gambar pelukis
yupppp.......... ayo tebak ini gambar apa
Sabtu, 14 April 2012
Jumat, 13 April 2012
makalah psikologi perkembangan
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN:
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA AKHIR
Disusun
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen
Pengampu: Putri Agustina, S.Psi.
Disusun
Oleh:
1. Ahmad Fathkul H. A510100205
2. Rizka Diana K. A510100212
3. Elena Ayu M. A5101002
4. Erik Firera N. A5101002
PROGRAM STUDI S1
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
PERKEMBANGAN
MASA REMAJA AKHIR
A.
PENGERTIAN MASA REMAJA AKHIR
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia, remaja berarti
“mulai dewasa” atau “sudah sampai umur untuk kawin (menikah)”. Sedangkan dalam
bahasa Inggris disebut Adolescence yang berasal dari kata Latin Adolescere,
yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.
John W. Santrock mendefenisikan remaja sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
World Health Organization (WHO) memberikan definisi
yang lebih bersifat konseptual yang mencakup tiga kriteria, yaitu biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi
sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa ketika: 1. Individu berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia
mencapai kematangan seksual; 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa; 3. Terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih
mandiri. Penulis menemukan perbedaan pendapat para ahli psikologi tentang
kisaran umur masa remaja. Ada yang menyebutkan usia remaja awal berkisar
10 sampai 13 tahun dan masa remaja akhir sekitar 18 sampai 22 tahun.
Pendapat lain menyatakan usia remaja awal berkisar 13 sampai 16 atau 17 tahun,
dan akhir masa remaja berkisar 16 sampai 18 tahun. Kisaran usia tersebut
kemungkinan disebabkan oleh perbedayaan budaya yang berbeda di setiap negara.
Di Amerika saja masa puber seorang anak lebih cepat daripada generasi
sebelumnya. Alasannya karena kesehatan dan gizi yang lebih baik, dan faktor
lainnya.
Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa
akhir remaja. Beberapa sifat penting
pada masa ini adalah:
1. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2. Mulai menyadari akan realitas
3. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
4.
Mulai nampak bakat dan minatnya
B.
CIRI-CIRI PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu:
·
Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggungjawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih
penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi
juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
· Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting
pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
· Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di
sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut,
serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
· Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan
dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
·
Masa
remaja sebagai usia bermasalah.
· Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
· Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan,
karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap
perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
· Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
· Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya
goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka,
mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
· Emosinya tidak stabil
· Perkembangan Seksual sangat menonjol
· Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat)
· Terikat erat dengan kelompoknya
Ada beberapa ciri pada masa remaja yang dikemukakan oleh Elizabeth,
di antaranya:
·
Masa Remaja
Merupakan Periode yang Penting
Walaupun
semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar kepentingan
antara satu dan lainnya berbeda. Ada beberapa periode yang lebih penting
daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap
sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat jangka panjangnya.
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap
penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena
akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.
· Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan
Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu :
a.
Meningginya
emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi.
b.
Perubahan pada
tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan
menimbulkan masalah baru.
c.
Dengan
berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang
pada masa anak-anak dianggap penting sudah tidak penting lagi ketika masa
memasuki usia dewasa.
d.
Sebagian remaja
bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut
kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan
meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
C.
TUGAS DAN ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA AKHIR
Perkembangan adalah pola
gerakan atau perubahan yang dimulai dari konsepsi dan berlangsung terus
sepanjang rentang hidup manusia. Pada saat masa puber berakhir, pertumbuhan
fisik masih belum sempurna. Adapun perubahan tubuh pada masa remaja akhir
mencakup perubahan eksternal yang terdiri dari perubahan tinggi, berat,
proporsi tubuh, organ seks, dan munculnya ciri- ciri seks sekunder. Perubahan
internal mencakup sistem pencernaan, peredaran darah, pernapasan, endokrin, dan
jaringan tubuh.
Salah satu tugas perkembangan
masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.
Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang
sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar
lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi
dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan
tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai
baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan
sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
Erikson mengatakan bahwa
tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya.
Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren
dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk
menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang
pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan
menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya. Beberapa isu
perkembangan remaja: seksualitas, harga diri, orientasi masa depan, konsumsi,
keluarga.
Keadaaan emosi dalam masa
remaja bisa dikatakan tidak stabil dan secara tradisional dianggap sebagai
periode “badai dan tekanan”. Ketidakstabilan ini merupakan konsekuensi dari
usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang
pelik dalam periode ini. Bila kisah cinta berjalan lancar remaja menjadi
bahagia, sebaliknya, mereka merasa sedih ketika percintaan itu tidak lancar.
Sebenarnya periode “badai dan tekanan” ini sudah dimulai sejak masa puber,
hanya saja remaja akhir lebih mudah untuk mengendalikannya dibandingkan remaja
puber, karena periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
Menurut
Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi
tugas-tugas tersebut, yaitu:
1.
Masalah
pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilainilai.
2.
Masalah
khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada
remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian
berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih
sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Lebih
lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era teknologi maju dewasa ini
membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi
tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi yang demikian
cepat dapat membuat mereka merasa gagal, malu, kehilangan harga diri, dan
mengalami gangguan emosional.
Pada
periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi
fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang
abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran
mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti
cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Ada empat
aspek perkembangan yaitu: (1) perkembangan fisik, (2)
perkembangan emosi, (3) perkembangan kepribadian dan sosial, dan (4)
perkembangan kognitif.
1) Perkembangan
fisik
Yang
dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai
dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari
tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa
yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya
semakin sempuma meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds,
2001).
Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai
bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara
fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal
masa lanjut usia (Myles dkk, 1993). Sebagai akibat proses kematangan sistem
reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya,
artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak
berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Menurut
PKBI (1984) secara fisik, usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20-30
tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita
berusia 20 tahun secara fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum
cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu,
secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Sampoerno dan
Azwar (1987) menambahkan bahwa perawatan pra-natal pada calon ibu muda usia
biasanya kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan.
Perkembangan fisik pada masa remaja akhir dapat dibagi
menjadi perubahan eksternal dan internal. Adapun perubahan-perubahan tersebut
dipaparkan dalam bentuk kolom seperti di bawah ini.
Eksternal
|
Internal
|
Tinggi
Tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang
matang pada usia tujuh belas dan delapan belas tahun dan anak laki-laki
kira-kira setahun sesudahnya.
Berat
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama
dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke
bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak.
Proporsi Tubuh
Berbagai anggota tubuh lambat laun
mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya,
badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan
terlalu panjang.
Organ Seks
Baik organ seks pria maupun wanita
mencapai ukuran yang matang pada akhir masa remaja,
tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
|
Sistem Pencernaan
Perut manjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau
berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan besar, otot-otot di perut dan
dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan
kerongkongan bertambah panjang.
Sistem Peredaran Darah
Jantung tumbuh pesat selama masa remaja; pada usia
tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali lebih berat dari
waktu lahirnya. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan
mencapai kematangan bilamana jantung sudah matang.
Sistem Pernapasan
Kapasitas paru-paru anak perempuan
hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak
laki-laki mencapai kematangan beberapa tahun kemudian.
Sistem Endokrin
Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber
menyebabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem endokrin pada
masa awal puber.
Jaringan Tubuh
Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia
delapan belas. Jaringan, selain tulang, terus berkembangan sampai tulang
mencapai ukuran matang, khususnya bagi perkembangan otot.
|
Perubahan fisik pada masa ini sudah mulai berkurang dari
semenjak dari masa puber. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan
tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami pada beberapa bagian tubuh
tertentu. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (kateksis-tubuh) menjadi salah
satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri
selama masa remaja. Penampilan fisik seorang beserta identitas seksualnya
merupakan ciri pribadi yang jelas dan paling mudah dikenali orang lain dalam
interaksi sosial. Meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan
untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk
menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi belum cukup untuk
menjamin adanya kateksis tubuh.
Beberapa keprihatinan akan tubuh yang dihadapi remaja
merupakan lanjutan dari berbagai keprihatinan diri yang dihadapi remaja pada
masa remaja dan awal-awal tahun remaja didasarkan kepada kondisi yang masih
berlaku. Misalnya, keprihatinan akan kenormalan akan terus berlangsung sampai
perubahan fisik pada permukaan tubuh berakhir dan sampai remaja tersebut yakin
bahwa tubuh mereka sesuai dengan norma kelompok seks mereka. Keprihatinan
seperti ini timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan
penting dalam hubungan sosial. Para remaja lebih menyadari daripada anak-anak
bahwa mereka yang menarik biasanya diperlakukan dengan lebih baik dari pada
mereka yang kurang menarik.
2) Perkembangan
Emosi
Pola emosi pada masa remaja adalah sama dengan pola emosi
masa anak- anak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan
emosi, dan khususnya pengendalian individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan gerakan amarah yang
meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan
suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan dia marah.
Anak lelaki dan perempuan dikatakan sudah mencapai
kematangan emosapabila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan” emosinya di
hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk
kematangan emosiyang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis
terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional. Dengan demikian, remaja
mengabaikan banyak rangsangan yang tadinya dapat menimbulkan ledakan emosi.
3) Perkembangan
kepribadian dan sosial
Yang
dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
herhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan
perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain
(Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa
remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang
penting dalam hidup (Erikson, dalam Papalia & Olds, 2001).
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan
di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan
teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Karena
lebih banyak berada di luar rumah bersama teman sebaya sebagai kelompok, maka
dapatlah dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraa, minat, penampilan, dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya sebagian besar remaja
mengetahui apabila memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota
kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok
tersebut menjadi lebih besar.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan
perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan
kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan
diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok
teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan
keputusan seorang remaja tentang perilakunya. Kelompok
teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi
dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi
sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik,
musik atau film apa yang bagus, dan
sebagainya (Conger, 1991).
Kelompok sebaya merupakan dunia dimana kawula muda dapat menguji
diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok itu ia dapat merumuskan dan
memperbaiki konsep dirinya dan melakukan sosialisasi dalam suasana dimana
nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang
dewasa, namun oleh teman-teman seusianya.
Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan
perilaku sosial, yang paling menonjol adalah di bidang hubungan heteroseksual.
Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari tidak
menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai teman dari lawan jenisnya daripada
teman sejenis, namun tidak menutupi kemungkinan masih baiknya persahabatan
dengan beberapa teman sejenis.
Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi
selama masa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja berada dan
oleh sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya. Remaja, sebagai
kelompok, cenderung lebih “pilih-memilih” dalam memilih rekan dan teman
dibandingkan ketika masih kanak-kanak.
Oleh karena itu, remaja yang latar belakang sosialnya,
agama, atau sosial ekonominya berbeda dianggap kurang disenangi dibandingkan
dengan remaja yang latar belakangnya sama. Ada beberapa bentuk pengelompokan
sosial remaja, di antaranya:
a.
Teman dekat, remaja biasanya mempunyai dua atau
tiga orang teman dekat atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang
memiliki minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu
sama lain walaupun terkadang terjadi pertengkaran.
b.
Kelompok kecil, biasanya terdiri dari kelompok
teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian
meliputi kedua jenis seks.
c.
Kelompok besar, terdiri dari beberapa kelompok
kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta
dan berkencan.
d.
Kelompok yang terorganisasi, kelompok pemuda yang
dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok besar.
e.
Kelompok geng, remaja yang tidak termasuk
kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin
mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak
sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman
melalui perilaku antisosial.
Remaja menginginkan teman yang memiliki minat dan
nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan
kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru.
4) Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
untuk berpikir abstrak.
Pada masa ini perkembangan kognitif adalah Operasional
Formal yang terbagi menjadi dua, yaitu cara berpikir operasional formal tahap awal
yang merupakan peningkatan kemampuan
remaja untuk berpikir menggunakan hipotesis membuat mereka mampu berpikir bebas
dengan kemungkinan tidak terbatas. Tahap
formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi
terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.
Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan
kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternative jawaban atau penjelasan
tentang suatu hal.
Tahap kedua adalah mengembalikan keseimbangan
intelektual. Remaja tahap ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan
terjadi pemantapan cara berpikir operasional formal.
Menurut
Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja
sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding
ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja
tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih
berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami
bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi
dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu
berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu
yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja
juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis.
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka
mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan
(Santrock, 2001).
D.
BAHAYA PADA MASA REMAJA AKHIR
Bahaya
fisik pada remaja meliputi kematian yang disebabkan bunuh diri, selain itu
adanya cacat fisik, kecanggungan dan kekakuan, bentuk tubuh yang tidak sesuai
dengan seksnya. Perilaku bunuh diri yang dilakukan remaja dapat terjadi
bilamana remaja tersebut mengalami alienasi sosial selama beberapa waktu
lamanya dan banyak mengalami kekacauan keluarga, hamil di luar nikah,
kehilangan pacar, atau masalah-masalah sekolah sehingga mengalami depresi,
putus asa, dan rendah diri. Adapun kemungkinan laki-laki untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah tiga kali lebih besar dari perempuan, sedangkan
perempuan biasanya lebih cenderung melakukan percobaan bunuh diri.
Adapun bahaya cacat fisik
masih dapat diperbaiki, seperti gigi yang bengkok, penglihatan yang kurang baik
atau kurangnya pendengaran. Namun hal ini dapat juga berpengaruh pada
psikologis remaja. Remaja yang harus menggunakan alat bantu pendengaran
misalnya, akan terhambat untuk melakukan apa yang dapat dilakukan oleh teman
sebaya, ini akan menimbulkan perasaan rendah diri dan berujung pada depresi.
Bahaya psikologis pada masa remaja yang pokok berkisar pada kegagalan dalam
menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas
perkembangan masa remaja yang penting. Dalam banyak kasus, kegegalan remaja
menjalankan peralihan ini bukan karena ingin tetap tidak matang tetapi ia
menghadapi hambatan-hambatan dalam pencapaian tersebut.
Adapun hambatan-hambatan itu
berupa dasar yang buruk pada diri remaja, terlambat dalam kematangan, terlampau
lama diperlakukan seperti anak-anak, perubahan
peran, ketergantungan yang terlampau lama.
E.
ADOLESCENCE
DALAM SURAT YUSUF
Berikut
beberapa sikap Nabi Yusuf ketika ia telah beranjak dari kanak-kanak menjadi
remaja akhir. Firman Allah:
$¬Hs>sù ôMyèÏJy £`ÏdÌõ3yJÎ/ ôMn=yör& £`Íkös9Î) ôNytGôãr&ur £`çlm; $\«s3GãB ôMs?#uäur ¨@ä. ;oyÏnºur £`åk÷]ÏiB $YZÅj3Å ÏMs9$s%ur ólã÷z$# £`Íkön=tã ( $¬Hs>sù ÿ¼çmuZ÷r&u ¼çmtR÷y9ø.r& z`÷è©Üs%ur £`åkuÏ÷r& z`ù=è%ur |·»ym ¬! $tB #x»yd #·|³o0 ÷bÎ) !#x»yd wÎ) Ô7n=tB ÒOÌx. ÇÌÊÈ
Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar
cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka
tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk
memotong jamuan), kemudian Dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari)
tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya
ini tidak lain hanyalah Malaikat yang mulia." (Q.S. Yusuf: 31)
tA$s% Éb>u ß`ôfÅb¡9$# =ymr& ¥n<Î) $£JÏB ûÓÍ_tRqããôt Ïmøs9Î) ( wÎ)ur ô$ÎóÇs? ÓÍh_tã £`èdyøx. Ü=ô¹r& £`Íkös9Î) `ä.r&ur z`ÏiB tûüÎ=Îg»pgø:$# ÇÌÌÈ
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari
padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan
mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh." (Q.S. Yusuf:
33)
Dari ayat ke 31 kita dapat menginterprestasikan secara psikologis
bahwa pada saat Nabi Yusuf beranjak menjadi pemuda ia mencapai kematangan fisik
yang sempurna. Tidak heran jikalau Zulaikha tergila-gila padanya, begitu juga
wanita lainnya. Dengan perkembangan fisik yang sangat baik, Yusuf sangat
dikagumi ketampanannya. Hingga Zulaikha sangat “berhasrat” kepadanya.
Yusuf pada saat itu berada di rumah terjebak dalam perangkap
Zulaikha. Namun dengan pertolongan Allah ia diselamatkan dari perbuatan zina
itu. Namun, oleh Raja, ia dipenjara beberapa lamanya. Sesuai dengan pola emosi
remaja yang tidak “meledak-ledak”, Nabi Yusuf menunjukkan sikap yang sangat
tepat terhadap apa yang terjadi ketika Raja hendak memenjarakannya. Bukannya
dengan mengamuk atau perilaku anarkis lainnya, Nabi Yusuf malah berdo’a
sebagaimana pada ayat 33 di atas. Hal ini menunjukkan betapa Nabi Yusuf dapat
mengendalikan emosinya pada saat itu dan tidak mencoba untuk memberontak kepada
penguasa.
"Wahai Tuhanku, penjara lebih Aku sukai daripada memenuhi
ajakan mereka kepadaku”. Perkataan Nabi Yusuf ini menunjukkan bahwa ia mencapai
kematangan emosi dengan menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum
bereaksi secara emosional.
F.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya masa
remaja merupakan salah satu periode terpenting dalam rentang kehidupan. Masa
remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang waktunya
relatif singkat. Pada masa inilah seseorang mulai menentukan tujuan dan arah
hidupnya yang nantinya akan memberikan pengaruh yang besar pada masa dewasanya.
Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa
akhir remaja. Beberapa sifat penting
pada masa ini adalah:
1. Perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
2. Mulai menyadari akan realitas
3. Sikapnya mulai jelas tentang hidup
4.
Mulai
nampak bakat dan minatnya
Di akhir
masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem
reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis. Pola emosi pada masa
remaja adalah sama dengan pola emosi masa anak- anak. Perbedaannya terletak
pada rangsangan yang membangkitkan emosi, dan khususnya pengendalian individu
terhadap ungkapan emosi mereka. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam
menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap
perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun
penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok
teman sebaya. Pada masa ini perkembangan kognitif adalah Operasional Formal
yang terbagi menjadi dua, yaitu cara berpikir operasional formal tahap awal
yang merupakan peningkatan kemampuan
remaja untuk berpikir menggunakan hipotesis membuat mereka mampu berpikir bebas
dengan kemungkinan tidak terbatas. Tahap kedua adalah mengembalikan
keseimbangan intelektual. Remaja tahap ini mengujikan hasil penalarannya pada
realitas dan terjadi pemantapan cara berpikir operasional formal.
Setelah mendalami masalah remaja, kita sebagai calon pendidik
mestinya dapat mengambil pelajaran dari hal ini untuk mempersiapkan
metode-metode pengajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan pola perkembangan
anak didik pada fase remaja.
Langganan:
Postingan (Atom)